Part 1
Memperlakukan Karyawan
Empat tahun lalu sudah ku tuliskan mengenai pencarian kerja atau pencarian pekerja bagi pejuang rupiah. Sekarang saatnya saya akan membagikan pengalaman saya berdasarkan pengalaman pribadi maupun pengamatan saya sendri. Tentunya memiliki kesimpulan sendiri atas apa yang tengah saya amati.
Kali ini, saya akan mengajakmu berbicara tentang bagaimana memperlakukan karyawan yang baik, versi realita.
***
Beberapa tahun yang lalu, aku dan teman teman bekerja di sebuah umkm yang bisa dibilang sangat ramai pelanggan. Atasan atau owner kami bisa dibilang baik, dan tidak neko neko. Bahkan sangat memperhatikan karyawannya. Ketika beliau atau salah satu kekuarga nya berulang tahun, beliau tidak lupa mengundang karyawannya untuk ikut serta dalam merayakan ulang tahun itu, meski keadaan seadanya namun kami sebagai karyawan sangat bahagia dan bersyukur memiliki atasan seperti beliau. Namun apa kah beliau tidak pernah marah ketika karyawannya berbuat salah?
Setiap atasan, ketika karyawannya berbuat salah pasti akan geram dan marah. Namun ada atasan yang ketika marah hanya sesaat itu saja, tidak samapai membenci atau mencari kesalahan karyawannya. Bahkan tidak merendahkan karyawannya itu; dengan membawa bawa pendidikan atau hal personal lainnya yang sebenarnya adalah ranah pribadi yang tidak boleh di bicarakan begitu saja, beliau tidak seperti itu. Beliau hanya akan marah ketika kesalahan yang berlangsung saat itu saja. Namun, satu jam kemudian beliau akan kembali mengajak untuk bersenda gurau, memperhatikan kami dan mengayomi layaknya keluarga atau sahabat.
Ada juga, atasan yang ketika memarahi karyawannya tidak bisa mengontrol perkataannya, bahkan kerap sekali menyakiti hati bawahannya, belum lagi mereka tidak segan segan memotong upah yang seharusnya menjadi hak karyawannya, dengan alasan ganti rugi sebagian aset perusahaan. Memang itu wajar, namun tidak juga menyakiti mental, bukan? Banyak yang seperti ini.
Sebenarnya bagaimana sih, memperlakukan karyawan itu?
Sebuah ilustrasi, bayangkan ketika kamu mempekerjakan seekor kerbau atau kuda. Kamu menyuruhnya untuk membawa beban yang banyak dan berat dari kejauhan. Bukit dan lembah pun ia lewati, lalu kamu mengikutinya dari belakang sambil memegang ranting kayu yang siap untuk memukul kerbau itu bila mana ia akan berhenti di tengah jalan. Sesampainya di tempat tujuan, kau pun tidak memberinya minum atau makanan, atau kamu memberinya akan tetapi yang kamu berikan adalah jumlah yang sangat sedikit hingga makanan atau minuman itu tidak cukup untuk ia konsumsi tidak membuatnya merasa puas, bahkan kekuatannya pun tidak kembali setengahnya.
Kamu pun melakukannya secara terus menerus tanpa merasa bersalah. Lalu, apa yang terjadi?
Apakah kerbau itu masih bertahan dengan mu?
Pasti ia akan mencari majikan yang baru, yang mungkin bisa menghargai keberadaan nya.
Mungkin kamu berpikir, karena kamulah mereka bisa makan, bahkan setiap hari, tidak hanya itu juga tempat tinggal, sehingga kamu memperlakuknnya dengan semena mena.
Jangan salah meletakkan pandangan yang seperti itu. Ketika engkau mempekerjakan karyawan, jangan pernah berfikir bahwa dirimulah yang paling berjasa atas hidupnya apa lagi di jaman ini begitu susah; makan maupun tempat tinggal. Tanpa kamu sadari justru karena karyawan mu lah paling berjasa atas impian mu, kalau bukan karena karywan mu impian mu tidak akan pernah terwujud hingga pada saat ini, kalo bukan karna karywan mu usaha mu tidak akan berjalan dengan baik hingga saat ini.
Benar, banyak di luar sana yang ingin bekerja. Akan tetapi tidak sebanyak itu orang baik yang mau diperlakukan oleh mu.
Komentar
Posting Komentar